Belum
lama ini, masyarakat kembali dikejutkan oleh pemberitaan mengenai kasus bullying di salah satu Sekolah Menengah
Atas (SMA) swasta terkemuka yang berlokasi di daerah Jakarta Selatan. Tujuh
orang siswa baru mengalami berbagai tindak kekerasan seperti ditempeleng,
dipukul, dan disundut rokok oleh puluhan senior dan alumni dari sekolah baru
mereka tersebut.
Berdasarkan
data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), sampai dengan Juli 2012
tercatat 36 kasus bullying yang
terjadi di lingkungan sekolah. Angka ini masih lebih sedikit dibandingkan
dengan kasus bullying yang terjadi di
sepanjang tahun 2011, yaitu sebanyak 139 kasus.
Meskipun
demikian, masih terjadinya kasus bullying
merupakan fenomena yang patut kita waspadai, dan meningkatkan pengetahuan kita
mengenai bullying itu sendiri
merupakan langkah pertama demi mencegah anak-anak menjadi korban ataupun pelaku
bullying.
Pertama-tama,
mari kita simak, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan bullying itu?
Apa itu Bullying?
Bullying adalah perilaku
yang memanfaatkan kekuatan atau pengaruh yang dimiliki seseorang dengan tujuan
mengintimidasi ataupun memaksa orang lain menuruti keinginannya.
Agar
dapat dianggap sebagai bullying, perilaku
tersebut harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
- Agresif, yaitu bertujuan untuk mendominasi, menguasai, atau menyerang.
- Adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dengan korban bullying.
- Terjadi secara berulang-ulang (lebih dari satu kali).
Lalu
tindakan-tindakan seperti apakah tepatnya yang dapat digolongkan sebagai bullying?
Jenis-Jenis Bullying
Jenis-Jenis Bullying
Berdasarkan
bentuknya, bullying dapat dibagi ke
dalam kategori-kategori berikut ini:
- Bullying secara verbal, yaitu dengan menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan. Contoh: menggunakan kata panggilan yang tidak pantas, merendahkan seseorang berdasarkan aspek tertentu (suku, agama, jenis kelamin, orientasi seksual) menantang, mengancam, dll.
- Bullying secara sosial, yaitu merusak nama baik seseorang atau hubungan seseorang dengan orang lain. Contoh: Mengucilkan dengan sengaja, mempermalukan di depan umum, menyebarkan aib, gosip dan kebohongan mengenai seseorang.
- Bullying secara fisik, yaitu dengan menyakiti tubuh atau barang milik seseorang. Contoh: Memukul, menendang, mendorong, meludah, merampas atau merusak barang milik seseorang.
- Cyberbullying, yaitu bullying menggunakan media elektronik seperti telepon seluler, pesan singkat, komputer, media sosial, dan laman web. Contoh: memajang gambar atau video yang mempermalukan seseorang, menyebarkan gosip melalui pesan singkat, email atau media sosial, dll.
Cyberbullying berbeda dengan
tiga jenis bullying sebelumnya,
karena bila bullying jenis lainnya
membutuhkan kehadiran korban, cyberbullying
dapat terjadi selama 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, dengan atau
tanpa kehadiran korban. Pesan dan gambar dapat disebarkan melalui ponsel dan
dimuat di laman web tanpa mengungkapkan identitas pembuat pesan dan dapat
dengan cepat mencapai banyak orang. Selain itu, menghentikan penyebaran dan
menghapus pesan dan gambar yang sudah disebar melalui ponsel, email, pesan singkat,
ataupun dimuat di media sosial dan laman web terkadang sangat sulit untuk
dilakukan.
Mengapa Bullying Terjadi?
Bullying dapat terjadi
dimana saja, di perkotaan, pedesaan, sekolah negeri, sekolah swasta, di waktu
sekolah maupun di luar waktu sekolah. Bullying
terjadi karena interaksi dari berbagai faktor yang dapat berasal dari pelaku,
korban, dan lingkungan dimana bullying
tersebut terjadi.
Pada
umumnya, anak-anak korban bullying
memiliki salah satu atau beberapa faktor resiko berikut:
- Dianggap “berbeda”, misalnya memiliki ciri fisik tertentu yang mencolok seperti lebih kurus, gemuk, tinggi, atau pendek dibandingkan dengan yang lain, berbeda dalam status ekonomi, memiliki hobi yang tidak lazim, atau menjadi siswa/siswi baru.
- Dianggap lemah atau tidak dapat membela dirinya.
- Memiliki rasa percaya diri yang rendah.
- Kurang populer dibandingkan dengan yang lain, tidak memiliki banyak teman.
Sedangkan
untuk pelaku bullying, Ada beberapa
karakteristik anak yang memiliki kecenderungan lebih besar untuk menjadi pelaku
bullying, yaitu mereka yang:
- Peduli dengan popularitas, memiliki banyak teman, dan senang menjadi pemimpin diantara teman-temannya. Mereka dapat berasal dari keluarga yang berkecukupan, memiliki rasa percaya diri tinggi, dan memiliki prestasi bagus di sekolah. Biasanya mereka melakukan bullying untuk meningkatkan status dan popularitas di antara teman-teman mereka.
- Pernah menjadi korban bullying. Mereka juga mungkin mengalami kesulitan diterima dalam pergaulan, kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah, mudah terbawa emosi, merasa kesepian dan mengalami depresi.
- Memiliki rasa percaya diri yang rendah, atau mudah dipengaruhi oleh teman-temannya. Mereka dapat menjadi pelaku bullying karena mengikuti perilaku teman-teman mereka yang melakukan bullying, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Dan
berikut merupakan faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kecenderungan
seorang anak untuk menjadi pelaku bullying:
- Mudah terpengaruh oleh tekanan dan memiliki kecenderungan untuk berperilaku agresif.
- Memiliki orangtua atau berada dalam lingkungan yang berbudaya otoriter, misalnya menerapkan disiplin lewat hukuman, dan kerap menggunakan kekerasan.
- Tidak menganggap kekerasan sebagai sesuatu yang negatif.
- Memiliki teman-teman yang melakukan bullying.
- Memiliki permasalahan di rumah.
- Kesulitan mengikuti peraturan.
Bagaimana
Mengidentifikasi Korban dan Pelaku Bullying?
Setiap
anak memiliki kemungkinan untuk menjadi pelaku maupun korban bullying, lalu bagaimana cara kita
mengetahui apakah seorang anak yang ada di lingkungan kita sedang menjadi
korban atau bahkan pelaku bullying?
Berikut adalah beberapa tanda-tanda yang dapat kita perhatikan:
Seorang anak mungkin sedang menjadi korban bullying apabila:
- Mengalami perubahan dalam pola makan, seperti tidak nafsu makan, atau makan berlebih.
- Adanya luka-luka pada tubuh anak.
- Sering mengeluh sakit atau berpura-pura sakit.
- Kesulitan tidur dan sering mengalami mimpi buruk.
- Merasa tak berdaya dan penurunan rasa percaya diri.
- Mengasingkan diri dari teman-teman atau pergaulan sosial.
- Penurunan nilai, kehilangan minat dalam mengerjakan tugas sekolah, atau tidak mau pergi ke sekolah.
- Rusak atau hilangnya barang barang pribadi anak, seperti pakaian, peralatan sekolah, dan alat elektronik.
- Munculnya perilaku-perilaku yang menyakiti diri sendiri seperti melarikan diri dari rumah, bicara mengenai bunuh diri, dan melakukan usaha bunuh diri.
Seorang anak mungkin sedang menjadi pelaku bullying apabila:
- Sering bergaul dengan teman-teman yang melakukan bullying.
- Seringkali terlibat dalam perkelahian atau adu mulut.
- Seringkali tidak bertanggungjawab atas perbuatan mereka.
- Menyalahkan orang lain atas permasalahan mereka.
- Memiliki uang atau barang-barang baru yang diragukan asal usulnya.
- Memiliki kekhawatiran yang berlebih terhadap reputasi dan popularitas mereka.
Bila
seorang anak memenuhi salah satu atau beberapa kriteria yang disebutkan di
atas, maka terdapat kemungkinan ia sedang menjadi korban atau pelaku bullying.
Namun
hal itu tidak dapat disimpulkan hanya dengan mempertimbangkan kehadiran
faktor-faktor di atas saja. Untuk memastikannya tentu dibutuhkan penyelidikan
lebih lanjut, yang dapat dilakukan dengan menanyai anak secara langsung,
teman-teman, ataupun guru mereka di sekolah.
Mengapa Bullying Berbahaya?
Bullying memiliki
berbagai dampak negatif yang dapat dirasakan oleh semua pihak yang terlibat di
dalamnya, baik pelaku, korban, ataupun orang-orang yang menyaksikan tindakan bullying.
Paparan
berikut ini mengungkapkan hasil yang didapatkan dari berbagai penelitian
mengenai bullying terhadap anak-anak
sekolah yang dilakukan di Amerika Serikat.
Dampak
Terhadap Korban
Korban-korban
bullying memiliki kecenderungan lebih
besar untuk mengalami:
- Gangguan depresi dan kecemasan, meningkatnya depresi dan kesepian, perubahan pola makan dan tidur, dan kehilangan minat dalam melakukan hal-hal yang sebelumnya disukai.
- Berbagai masalah kesehatan, fisik dan psikologis.
- Penurunan pencapaian akademis dan kehadiran di sekolah, serta meningkatkan kecenderungan anak untuk bolos, tidak naik kelas, bahkan keluar dari sekolah.
Dampak
Terhadap Pelaku
Pelaku
bullying dapat terlibat dalam
berbagai tindak kenakalan dan perilaku berisiko lainnya hingga mereka dewasa
nanti. Mereka memiliki kecenderungan lebih besar untuk:
- Menyalahgunakan alkohol dan obat-obat terlarang di masa yang akan datang.
- Terlibat perkelahian, tindak perusakan, dan putus sekolah.
- Terlibat dalam tindak kriminal di waktu dewasa.
- Berperilaku kasar terhadap pasangan, anak, dan orang-orang lainnya di waktu dewasa.
Dampak
Terhadap Saksi
Orang-orang
yang menjadi saksi tindak bullying
pun tidak terlepas dari dampak negatifnya. Saksi-saksi bullying memiliki kecenderungan lebih besar untuk:
- Menggunakan tembakau, alkohol, dan obat-obat terlarang.
- Mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan.
- Bolos sekolah dan tidak naik kelas.
Berdasarkan
paparan di atas, dapat kita lihat bahwa bullying
memiliki dampak yang luas terhadap semua orang yang terlibat di dalamnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dalam jangka pendek dan dalam jangka
panjang.
Oleh
karena itu, sudah sewajarnya apabila semua pihak yang terlibat turut
memperhatikan dan berperan langsung dalam mencari solusi atas permasalahan ini.
Tidak hanya mengandalkan pemerintah dan pihak-pihak yang berwenang, namun
sebagai individu dan bagian dari masyarakat, kita juga dapat ikut serta dalam
perang melawan bullying.
Perang Melawan Bullying
Dalam
rangka mencegah bullying, banyak
pihak telah menjalankan program dan kampanye anti bullying di sekolah-sekolah, baik dari pihak sekolah sendiri,
maupun organisasi-organisasi lain yang berhubungan dengan anak. Namun, pada
nyatanya, bullying masih kerap
terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia, seperti yang dapat kita amati melalui
kejadian baru-baru ini di salah satu SMA swasta yang disebutkan di awal tulisan
ini.
Lalu
apakah yang dapat kita –sebagai perorangan- lakukan untuk memerangi bullying?
1. Membantu
anak-anak mengetahui dan memahami bullying
Dengan
menambah pengetahuan anak-anak mengenai bullying,
mereka dapat lebih mudah mengenali saat bullying
menimpa mereka atau orang-orang di dekat mereka. Selain itu anak-anak juga
perlu dibekali dengan pengetahuan untuk menghadapi bullying dan bagaimana mencari pertolongan.
Hal-hal
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman anak mengenai bullying, diantaranya:
- Memberitahu pada anak bahwa bullying tidak baik dan tidak dapat dibenarkan dengan alasan maupun tujuan apapun. Setiap orang layak diperlakukan dengan hormat, apapun perbedaan yang mereka miliki.
- Memberitahu pada anak mengenai dampak-dampak bullying bagi pihak-pihak yang terlibat maupun bagi yang menjadi “saksi bisu”.
2. Memberi saran
mengenai cara-cara menghadapi bullying
Setelah
diberikan pemahaman mengenai bullying,
anak-anak juga perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan ketika mereka menjadi
sasaran dari bullying agar dapat
menghadapinya dengan aman tanpa menggunakan cara-cara yang agresif atau
kekerasan, yang dapat semakin memperburuk keadaan.
Cara-cara
yang dapat digunakan, misalnya dengan mengabaikan pelaku, menjauhi pelaku, atau
menyampaikan keberatan mereka terhadap pelaku dengan terbuka dan percaya diri. Mereka
juga dapat menghindari bullying
dengan berada di sekitar orang-orang dewasa, atau sekelompok anak-anak lain.
Apabila
anak menjadi korban bullying dan
cara-cara di atas sudah dilakukan namun tidak berhasil, mereka sebaiknya didorong
untuk menyampaikan masalah tersebut kepada orang-orang dewasa yang mereka
percayai, baik itu guru di sekolah maupun orangtua atau anggota keluarga
lainnya di rumah.
3. Membangun hubungan dan komunikasi dua arah dengan anak
Biasanya
pelaku bullying akan mengancam atau
mempermalukan korban bila mereka mengadu kepada orang lain, dan hal inilah yang
biasanya membuat seorang korban bullying
tidak mau mengadukan kejadian yang menimpa mereka kepada orang lain.
Oleh
karena itu, sangat penting untuk senantiasa membangun hubungan dan menjalin
komunikasi dua arah dengan anak, agar mereka dapat merasa aman dengan
menceritakan masalah yang mereka alami dengan orang-orang terdekat mereka, dan
tidak terpengaruh oleh ancaman-ancaman yang mereka terima dari para pelaku bullying.
Dalam
kehidupan masa kini yang serba sibuk dan penuh aktivitas, semakin sulit bagi
para orangtua dan anggota keluarga untuk
4. Mendorong
mereka untuk tidak menjadi “saksi bisu” dalam kasus bullying
Berdasarkan
sebuah penelitian yang dilakukan pada anak-anak sekolah dasar di Kanada,
sebagian besar kasus bullying dapat
dihentikan dalam 10 detik setelah kejadian tersebut berlangsung berkat campur
tangan saksi –anak anak lain yang hadir saat kejadian tersebut berlangsung-
misalnya dengan membela korban bullying
melalui kata-kata ataupun secara fisik (memisahkan korban dengan pelaku).
Anak-anak
yang menyaksikan kasus bullying juga
dapat membantu dengan cara:
- Menemani atau menjadi teman bagi korban bullying, misalnya dengan mengajak bermain atau berkegiatan bersama.
- Menjauhkan korban dari situasi-situasi yang memungkinkan ia mengalami bullying.
- Mengajak korban bicara mengenai perlakuan yang ia terima, mendengarkan ia bercerita dan mengungkapkan perasaannya.
- Apabila dibutuhkan, membantu korban mengadukan permasalahannya kepada orang dewasa yang dapat dipercaya.
5. Membantu anak
menemukan minat dan potensi mereka
Dengan
mengetahui minat dan potensi mereka, anak-anak akan terdorong untuk
mengembangkan diri dan bertemu serta berteman dengan orang-orang yang memiliki
minat yang sama. Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan mendukung
kehidupan sosial mereka sehingga membantu melindungi mereka dari bullying.
6. Memberi
teladan lewat sikap dan perilaku
Sebaik
dan sebagus apapun slogan, saran serta nasihat yang mereka dapatkan, anak akan
kembali melihat pada lingkungan mereka untuk melihat sikap dan perilaku seperti
apa yang diterima oleh masyarakat. Walaupun tidak terlihat demikian, anak-anak
juga memerhatikan dan merekam bagaimana orang dewasa mengelola stres dan
konflik, serta bagaimana mereka memperlakukan orang-orang lain di sekitar
mereka.
Apabila
kita ingin ikut serta dalam memerangi bullying,
hal paling sederhana yang dapat kita lakukan adalah dengan tidak melakukan bullying atau hal-hal lain yang mirip
dengan bullying. Disadari maupun
tidak, orang dewasa juga dapat menjadi korban ataupun pelaku bullying, misalnya dengan melakukan bullying di tempat kerja, ataupun
melakukan kekerasan verbal terhadap orang-orang di sekitar kita.
Zaldi Hamdani
Sumber Pustaka
Kronologi
"Bullying" di SMA Don Bosco
Komnas
PA: Tahun 2011 Bullying di Sekolah
139 Kasus, Tahun Ini 36 Kasus
WHAT IS BULLYING:
Bullying Definition
Bullying in
school, online, and on the savanna: A guide for the science-minded
Sumber
Gambar
ReplyDeleteBullying merupakan perilaku yang memanfaatkan kekuatan atau juga pengaruh yang dimiliki seseorang dengan tujuan untuk mengintimidari atau memaksa orang lain menuruti keinginannya. Untuk itu memang perlu jalan untuk memerangi bullying anak.