Namanya Ernawati, usianya 10 tahun. Sekarang dia
duduk di kelas 3 sekolah dasar. Ketika berusia 6 bulan, dia pernah terkena sakit
diare dan muntah-muntah serta hampir meninggal dunia. Ibunya mendapatkan saran
dari orang-orang dekatnya untuk mengubah nama Erna, sehingga kesehatan Erna
akan membaik. Sejak saat itu, Erna dipanggil
dengan sebutan “Kuntring”.
Ernawati |
Ayah Erna sudah meninggal, kini ia tinggal bersama
ibu, adik dan kakeknya di sebuah rumah kecil dan sederhana yang terbuat dari
kayu. Setiap hari, Erna mengikuti kursus pelajaran sekolah dari jam 8 sampai jam
10 pagi. Setelah itu, Erna pulang ke rumah untuk belajar dan mengerjakan
pekerjaan rumah. Erna kemudian berangkat sekolah mulai jam 12 siang sampai jam 16.30.
Di pagi hari, Ibunya bekerja sebagai buruh cuci.
Dari pekerjaan ini, ibunya mendapatkan penghasilan antara Rp 15.000 sampai
dengan Rp 30.000 per satu kali mencuci pakaian. Tapi, ibunya tidak mencuci setiap
hari, hanya 2 atau 3 kali seminggu saja, dan ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga sehari-hari.
Akibatnya, Erna harus membantu Ibunya untuk
mendapatkan uang. Setiap hari sepulang sekolah, sekitar jam 17.00 atau 17.30
sore, Erna diajak ibunya mengamen di jalanan. Mereka baru pulang pada jam 11
malam! Dari pekerjaan ini, mereka mendapatkan antara Rp 25.000 sampai dengan Rp 60.000. Ibunya
pertama kali mengajak Erna mengamen di jalanan sejak Erna berumur 4 tahun, dan
mereka masih melakukannya sampai sekarang.
Ernawati beserta ibu dan adiknya |
Suasana rumah Ernawati dan keluarga |
Ibunya berkata bahwa jika dia tidak mengajak Erna, orang-orang tidak akan bersimpati padanya dan dia tidak akan mendapatkan uang sama sekali, tetapi jika Erna ikut dengannya, bahkan saat mereka sedang beristirahat dan hanya duduk-duduk di pinggir jalan, banyak orang yang memberi mereka uang atau makanan.
Ernawati baru menjadi anak dukungan Gugah Nurani Indonesia
sejak satu tahun terakhir. Tidak banyak aktivitas yang dia ikuti di GNI, karena
waktunya sudah penuh dengan kegiatan, selain itu, rumahnya juga jauh dari Pusat
Hak Anak GNI dan tidak ada teman yang bisa menemaninya untuk pergi ke GNI.
Ibunya berkata bahwa dia tidak memaksa Erna untuk pergi bersamanya,
Erna sendiri yang mengajukan diri. Jika Erna tidak ingin pergi, sakit atau
lelah, mereka tidak akan pergi bekerja, dan hanya akan tinggal di rumah. Ibunya
selalu mendukung Erna, jika Erna ingin bersekolah sampai jenjang tertinggi yang
dia inginkan, ibunya akan mendukung. Jika Erna tidak bisa bekerja dengan ibunya
lagi, ibunya akan mencoba mencari pekerjaan lain seperti menjadi pembantu rumah
tangga permanen. Untuk menjadi pembantu rumah tangga permanen, setidaknya ibunya
harus tinggal di rumah majikannya dari pagi sampai sore. Saat ini, Erna masih
tidak ingin ibunya meninggalkannya sepanjang hari. Mungkin jika Erna sudah
dewasa, Erna akan mengijinkan ibunya, sehingga Erna tidak perlu bekerja dengan ibunya
lagi dan Erna dapat berkonsentrasi untuk belajar.
Kemiskinan sering terjadi karena sistem yang tidak
mendukung setiap warga negara untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Kemudian
“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara” hanya akan menjadi
sebuah ironi.
Wahyu Purwaningsih
No comments:
Post a Comment