Mengajari,
mendidik dan menyaksikan pertumbuhan anak-anak dari kecil sampai remaja dan
dewasa merupakan salah satu sumber kebahagiaan tersendiri bagi para orang tua. Meskipun demikian, membesarkan anak juga
merupakan salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh para orang tua,
karena cara mereka membangun hubungan dengan anak-anak di awal masa hidup
mereka akan berpengaruh banyak terhadap pertumbuhan dan perkembangan psikologis
anak di masa mendatang.
Diana
Baumrind, seorang psikolog klinis dan perkembangan, membagi pola asuh
berdasarkan dua aspek, yaitu parental
responsiveness: sejauh mana orangtua bersikap responsif terhadap kebutuhan
anak dan parental demandingness:
sejauh mana orangtua menuntut perilaku yang matang dan bertanggungjawab dari
anak.
Berdasarkan
dua aspek tersebut, Baumrind menyebutkan 3 jenis pola asuh, yaitu pola asuh
otoriter, permisif, dan demokratis.
1. Pola Asuh Otoriter
Orangtua
yang otoriter banyak menuntut dan mengarahkan anak, namun kurang responsif
terhadap kebutuhan anak.
Mereka
menuntut kepatuhan dari anak-anak mereka, dan menganggapnya sebagai kewajiban
anak terhadap orang tua. Mereka juga mengagungkan perbedaan status antara orangtua
dengan anak, dan mengharapkan perintah mereka dipatuhi tanpa dibantah.
Orangtau
yang otoriter memiliki standar tertentu yang dijadikan patokan dalam membuat
peraturan, dan mereka mengharapkan anak-anak mengikuti standar tersebut. Ketidakpatuhan
atau pelanggaran atas peraturan biasanya diganjar dengan pemberian hukuman
terhadap anak.
Dalam
pola asuh jenis ini, orangtua menempatkan diri mereka dalam posisi sebagai
penguasa, dan anak berada sepenuhnya di bawah kendali mereka.
Anak-anak
yang tumbuh dalam pola asuh otoriter cenderung memiliki rasa percaya diri rendah,
kemampuan sosial yang rendah, serta prestasi yang sedang di sekolah.
2. Pola Asuh Permisif
Kebalikan
dari pola asuh otoriter, dalam pola asuh permisif orangtua tidak banyak
menuntut dan mengarahkan anak, namun responsif terhadap kebutuhan anak.
Mereka
tidak banyak mengatur dan menuntut anak, menberi banyak ruang pada anak untuk
mengatur dirinya secara mandiri, dan cenderung menghindari konflik dengan anak.
Dalam menerapkan peraturan, mereka lebih dulu membicarakan dan menyepakatinya
bersama anak-anak. Orangtua yang permisif tidak mengikuti standar peraturan
tertentu, namun menyesuaikan dengan keinginan anak. Bila anak-anak melanggar
peraturan, mereka akan mencoba memberikan pengertian dan berdiskusi dengan
anak, namun sebisa mungkin tidak akan menggunakan hukuman.
Orangtua
permisif menempatkan diri mereka sebagai teman bagi anak, bukan sebagai sosok
yang harus dicontoh dan dijadikan teladan.
Anak-anak
yang tumbuh dalam pola asuh permisif cenderung lebih kreatif dan mandiri, namun
beberapa penelitian juga menemukan bahwa mereka sulit mengemban tanggung jawab.
3. Pola Asuh Demokratis
Dalam
pola asuh demokratis, orangtua menuntut namun juga bersikap responsif terhadap
kebutuhan anak.
Seperti
orangtua yang otoriter, orangtua yang demokratis juga mempunyai seperangkat
aturan dan standar perilaku yang harus diikuti oleh anak-anak mereka. Akan
tetapi, mereka juga bersikap responsif terhadap keinginan dan kebutuhan anak,
dan memberi kesempatan kepada anak-anak untuk bertanya dan berdiskusi mengenai
peraturan-peraturan tersebut. Meskipun demikian, keputusan akhir tetap berada
di tangan orangtua.
Ketika
anak melanggar peraturan atau melakukan kesalahan, orangtua akan berusaha
menerapkan disiplin dengan menggunakan metode-metode yang lebih bertujuan
mendidik daripada sekedar menghukum.
Orangtua
yang demokratis menempatkan diri mereka sebagai orangtua dan juga sebagai teman
bagi anak. Menurut Baumrind, pola asuh ini adalah yang paling ideal.
Anak-anak
yang tumbuh dalam pola asuh demokratis cenderung menunjukkan prestasi yang
lebih tinggi di sekolah, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, mampu
bertanggungjawab, dan mudah beradaptasi.
Perbandingan
antara ke-3 bentuk pola asuh tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Otoriter
|
Permisif
|
Demokratis
|
|
Perhatian
|
Rendah
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Komunikasi
|
Rendah
|
Sedang
|
Sedang-Tinggi
|
Ekspektasi
|
Tinggi
|
Rendah
|
Sedang-Tinggi
|
Kontrol
|
Tinggi
|
Rendah
|
Sedang-Tinggi
|
Perhatian
Seberapa
orangtua mengetahui dan mampu memenuhi kebutuhan anak akan perhatian,
kehangatan, dan rasa aman.
Komunikasi
Seberapa
orangtua mampu mendengarkan dan menjalin komunikasi dua arah dengan anak.
Ekspektasi
Seberapa
orangtua menuntut anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik, dan
seberapa tuntutan tersebut dapat dipenuhi oleh anak.
Kontrol
Seberapa
orangtua mampu memberikan aturan yang jelas untuk diikuti dan adanya sistem
pemberian konsekuensi yang konsisten.
7 Cara Menuju Pola Asuh
Demokratis
Lalu,
apa saja yang dapat dilakukan para orangtua agar pola asuh yang mereka terapkan
menjadi lebih demokratis? Simaklah tips-tips berikut ini:
1.
Membina percakapan ringan dengan anak setiap hari, untuk mengetahui apa yang
sedang terjadi dalam kehidupan anak dan membangun rasa percaya antara orangtua
dengan anak.
2.
Menentukan standar perilaku yang jelas yang dapat diterapkan anak dalam
kehidupannya sehari-hari.
3.
Memberikan konsekuensi yang jelas atas pelanggaran peraturan, dengan memastikan
konsekuensi tersebut harus sesuai dengan jenis dan tingkat pelanggaran dan sebisa
mungkin mengandung nilai yang dapat dipelajari.
4.
Mengembangkan kemampuan anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Hal
ini dapat dilakukan dalam membuat peraturan, dimana anak diberikan ruang untuk
setuju ataupun tidak setuju. Orangtua tetap menentukan keputusan akhir, namun
memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan dan
pikirkan akan melatih kemampuan mereka dalam berpikir dan berekspresi.
5.
Bersikap fleksibel saat dibutuhkan. Betapapun baiknya peraturan dan
kedisiplinan, orangtua juga perlu menyadari bahwa ada saatnya mereka dapat
bersikap fleksibel
6.
Menghargai keunikan anak. Anak-anak dapat tumbuh menjadi orang yang sama sekali
berbeda dengan orangtua mereka. Seorang bapak yang menyukai politik memiliki
anak yang menyukai seni. Saat perbedaan seperti ini muncul, sangat penting agar
orangtua mampu menghargai dan menerima perbedaan tersebut.
7.
Jadilah teladan yang baik. Pada dasarnya setiap anak akan merujuk pada orangtua
mereka untuk mendapatkan panutan dalam bersikap dan berperilaku. Bila mereka
dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kehangatan dan kasih sayang, maka mereka
pun akan mengamalkan nilai-nilai tersebut nantinya ketika mereka tumbuh dewasa.
Zaldi
Hamdani
Sumber Pustaka
Assessing Your Parenting Style
http://www.thesuccessfulparent.com/parenting-styles/assessing-your-parenting-styles
Assessing Your Parenting Style
http://www.thesuccessfulparent.com/parenting-styles/assessing-your-parenting-styles
Diana Baumrind's (1966) Prototypical Descriptions of 3 Parenting Styles
Parenting Style and Its Correlates
Parenting Styles
Sumber Gambar
towerofpower.com.au
all-about-motherhood.com
onsistent-parenting-advice.com
No comments:
Post a Comment