Putra
digambarkan teman-temannya sebagai anak yang aktif, periang, mempunyai banyak
teman dan senang bergaul. Adiknya, Putro, adalah kebalikan dari Putra, ia anak yang pasif,
pendiam, hanya memiliki sedikit teman, dan senang melakukan berbagai aktivitas
sendirian.
Apakah
yang Anda pikirkan ketika mendengar bahwa seorang anak memiliki sifat pasif,
pendiam, dan senang menyendiri? Bandingkan dengan pikiran yang muncul ketika
Anda mendengar mengenai seorang anak lain yang memiliki sifat aktif, periang, dan
mudah bergaul.
Aktif,
periang, mempunyai banyak teman dan senang bergaul adalah sebagian karakteristik
yang menggambarkan extraversion.
Sedangkan pasif, pendiam, senang menyendiri adalah sebagian karakteristik yang
menggambarkan introversion.
Extraversion dan introversion adalah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh
Carl Gustav Jung (1875-1961), seorang psikiater asal Swiss dan salah satu tokoh
dalam psikologi analisis. Extraversion dan
introversion menggambarkan
kecenderungan seseorang dalam menghadapi dunia luar. Para extravert cenderung berorientasi terhadap hal-hal dan dunia di luar
dirinya, sedangkan para introvert cenderung
berorientasi pada hal-hal dan dunia di dalam dirinya.
Extraversion dan Introversion
Extraversion adalah kecenderungan untuk fokus
terhadap dunia di luar diri. Orang-orang extravert
menyukai interaksi sosial dan cenderung bersemangat, senang berbicara dan tegas.
Mereka menyukai keramaian, aktivitas sosial, seperti pesta dan berbagai macam
kegiatan yang melibatkan banyak orang. Mereka juga cenderung menyukai interaksi
sosial dan menghabiskan waktu bersama orang lain.
Introversion adalah kecenderungan untuk
berpusat pada dunia di dalam diri. Orang-orang introvert cenderung tidak banyak bicara, dan tidak tertarik
terhadap interaksi sosial. Mereka menyukai kegiatan yang dapat dilakukan
sendiri atau dengan beberapa teman dekat saja. Bagi mereka, keramaian dan
kegiatan yang melibatkan banyak orang merupakan hal yang melelahkan.
Berikut
merupakan beberapa ciri-ciri yang membedakan antara orang-orang extravert dan introvert:
Extraversion
|
Introversion
|
Senang
bergaul
|
Senang
menyendiri
|
Senang
berbicara
|
Senang
mendengar
|
Lebih
suka bertindak dibanding berpikir
|
Lebih
suka berpikir dibanding bertindak
|
Menyukai
pesta dan keramaian
|
Menyukai
ketenangan
|
Membuka
diri terhadap semua orang
|
Membuka
diri hanya kepada orang-orang dekat
|
Ekspresif
dan bersemangat
|
Tenang
|
Mudah
teralihkan perhatiannya
|
Mudah
berkonsentrasi
|
Mempunyai
banyak teman
|
Mempunyai
sedikit teman dekat
|
Mudah
didekati
|
Lebih
sulit didekati
|
Cepat
dalam bertindak
|
Berpikir
sebelum bertindak
|
Senang
bekerja dalam kelompok
|
Senang
bekerja sendiri
|
Menurut
Jung, setiap orang mempunyai sisi introvert
dan extravert. Bila diibaratkan dalam
sebuah garis lurus, introversion dan extraversion berada di dua ujung garis
yang berlawanan, bila seseorang memiliki nilai tinggi di salah satu sisi,
misalnya introversion maka ia akan
mendapatkan nilai rendah di sisi lainnya, yaitu extraversion. Tinggi rendahnya nilai mereka akan menentukan
kecenderungan meerka yang dominan. Orang-orang introvert adalah mereka yang mendapatkan nilai tinggi pada introversion, sedangkan orang-orang extravert adalah mereka yang mendapatkan
nilai tinggi pada extraversion.
Menentukan
apakah seseorang introvert atau extravert tidak selalu dapat dilakukan
hanya dengan melihat ciri-ciri yang disebutkan di atas, karena orang-orang yang
introvert dapat saja terlihat seperti
orang extravert pada saat-saat
tertentu, dan begitu juga sebaliknya.
Pandangan Umum Mengenai Introversion
Secara
umum, masyarakat cenderung memandang sifat-sifat extraversion sebagai hal yang baik, dan introversion sebagai hal yang buruk dan perlu diobati. Orang-orang introvert pun kerap disalahpahami sebagai
orang-orang yang pemalu, tegang, kurang pergaulan, rendah diri, dan antisosial.
Hal
ini semakin diperburuk dengan banyaknya berita-berita kriminal di berbagai
media yang menghubungkan sifat seseorang yang pendiam dengan kemampuan mereka
untuk melakukan sebuah tindakan kriminal yang tidak diduga-duga. Hal ini
membuat orang berpikir bahwa orang-orang pendiam adalah orang-orang dengan
kelainan mental yang memiliki kecenderungan untuk meledak sewaktu-waktu dan dapat
berbuat nekat, sehingga mereka perlu diwaspadai dan diobati.
Selain
itu, anak-anak introvert pun kerap
mendapatkan tekanan dari lingkungan untuk menjadi lebih “normal”, yang berarti
lebih extravert. Dengan maksud
“menyembuhkan” anak-anak introvert,
kita kerap mendengar ucapan-ucapan seperti: “Jangan di kamar mulu dong, bergaul kek”; “Ayo dong maen sama yang lain, jangan sendirian terus”. Banyak orangtua
juga mencoba “mengobati” anak introvert
mereka dengan mengajak mereka ke acara-acara keluarga yang dipadati banyak
orang dan mendorong mereka bermain dengan anak-anak lain secara berkelompok.
Selain
oleh orangtua sendiri, tekanan juga dapat muncul dari orang-orang dekat seperti
saudara, kerabat, teman, serta guru di sekolah. Hingga saat ini, metode
pendidikan di institusi pendidikan pun lebih memihak kepada orang-orang extravert; dengan besarnya penekanan dan
penilaian terhadap partisipasi aktif di kelas. Meskipun anak-anak introvert juga dapat memperoleh manfaat
dengan berpartisipasi aktif di kelas, metode ini tidak memaksimalkan potensi
alamiah mereka, yang cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk berpikir dan lebih
cakap dalam komunikasi non-verbal. Hal ini membuat mereka terlibat dalam
persaingan yang tidak seimbang dengan orang-orang extravert.
Tuntutan
dari lingkungan untuk mengubah orang-orang introvert
menjadi lebih extravert memberikan
banyak tekanan pada mereka. Selain harus melawan kecenderungan dan sifat alami
mereka, mereka juga mendapatkan perlakuan tidak adil karena cara mereka yang
berbeda dalam mengalami dan menghadapi dunia luar. Selain itu, mereka juga
tidak dapat berkonsentrasi mengembangkan kelebihan dan potensi yang sudah
mereka miliki.
Akibatnya,
banyak anak introvert yang tumbuh
secara tidak optimal, yang senantiasa melawan kecenderungan alami mereka dan
dipaksa untuk menjadi orang lain.
Mitos Mengenai Introversion
Berikut
adalah beberapa mitos mengenai orang-orang introvert:
1.
Tidak suka bicara
Orang-orang
introvert kesulitan untuk
berbasa-basi dan membicarakan hal-hal yang tidak mereka anggap penting. Keadaannya
akan berbeda jika mereka diajak berbicara mengenai hal yang menarik buat
mereka.
2.
Pemalu
Sifat
pemalu tidak berhubungan langsung dengan introversion.
Walaupun terdapat orang-orang introvert
yang pemalu, tidak sedikit pula orang-orang extravert
yang pemalu. Orang-orang introvert
tidak takut terhadap orang lain, mereka hanya tidak membutuhkan interaksi
sosial sebanyak orang lain dan membutuhkan alasan untuk berinteraksi dengan
orang lain.
3.
Sombong
Sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya, orang-orang introvert
cenderung kesulitan untuk berbasa-basi dengan orang lain. Mereka hanya ingin bersikap
jujur dan apa adanya, dan mengharapkan hal yang sama dari orang lain. Sayangnya
hal ini tidak diterima di masyarakat dimana basa-basi, baik dalam bentuk ucapan
maupun tindakan, sudah dianggap sebagai hal yang wajar dan diperlukan dalam
keseharian . Hal ini membuat mereka seringkali dipandang sebagai orang-orang
yang sombong.
4.
Tidak menyukai orang lain
Orang
introvert memang membutuhkan waktu
lebih lama untuk merasa nyaman dan dekat dengan orang lain, namun tidak berarti
bahwa mereka tidak menyukai orang lain. Sebaliknya, orang-orang introvert sangat menghargai teman-teman
dekat mereka, walaupun jumlahnya mungkin bisa dihitung dengan jari. Mereka
memiliki lebih sedikit teman, namun kualitas hubungan mereka dengan teman yang
lebih sedikit ini pun lebih dalam.
5.
Tidak suka keramaian
Berada
di tengah keramaian merupakan hal yang melelahkan bagi orang-orang introvert, karena banyaknya rangsangan
dari lingkungan yang harus mereka terima di saat yang bersamaan. Hal ini
membuat orang-orang introvert tidak
suka menghabiskan waktu terlalu lama di tempat yang ramai.
6.
Selalu ingin sendiri
Orang-orang
introvert menikmati kesendirian
mereka dimana mereka dapat melakukan kegiatan yang mereka sukai tanpa diganggu
orang lain, namun mereka juga membutuhkan interaksi sosial dengan orang lain,
hanya saja dengan frekuensi dan intensitas yang lebih sedikit dibandingkan
dengan orang-orang extravert.
7.
Aneh
Karena
orang-orang introvert banyak
menghabiskan waktu sendirian, mereka seringkali mempunyai ide-ide dan cara
pandang yang berbeda dari kebanyakan orang. Hal ini membuat banyak orang-orang introvert melahirkan ide-ide yang
orisinil dan tidak terpikirkan orang lain. Namun, bagi kebanyakan orang, mereka
cenderung dipandang sebagai orang yang berbeda dan “aneh”.
8.
Tidak bisa bersantai dan bersenang-senang
Orang-orang
introvert lebih suka bersantai di
rumah mereka sendiri, atau di tempat yang sepi, dibandingkan dengan tempat yang ramai. Bila
dihadapkan pada terlalu banyak rangsangan dari luar, orang introvert akan merasa kewalahan. Hal ini berhubungan dengan
perbedaan cara kerja otak dan sistem syaraf antara orang-orang introvert dan extravert (yang akan dijelaskan lebih lanjut di bawah).
9. Tidak percaya diri
Orang-orang introvert seringkali disalahartikan sebagai orang-orang yang dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah dan canggung secara sosial. Hal ini tidak benar, karena kecenderungan mereka yang tidak ekspresif dan sering menghabiskan waktu sendiri bukan disebabkan oleh rasa percaya diri yang rendah, namun oleh sifat mereka yang memang demikian adanya.
10.
Introvert dapat mengubah diri mereka menjadi
extravert
Dunia
tanpa orang-orang introvert adalah
dunia dengan sedikit ilmuwan, musisi, seniman, pembuat film, dokter, penulis,
dan filsuf. Orang-orang introvert
tidak bisa dan tidak perlu mengubah kecenderungan alami mereka. Hal ini karena baik
orang-orang introvert maupun extravert memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing yang saling melengkapi; yang dibutuhkan adalah
pemahaman atas perbedaan kedua kecenderungan tersebut dan bagaimana
menjembatani perbedaan-perbedaan tersebut.
Diskriminasi Terhadap Orang-Orang
Introvert
Keinginan
orang-orang untuk mengubah anak-anak introvert
untuk menjadi lebih extravert muncul
dari kesalahpahaman bahwa introversion
adalah kekurangan yang harus diatasi dan disembuhkan. Kenyataannya, introversion dan extraversion adalah kecenderungan pribadi yang juga dipengaruhi faktor
genetis dan berada di luar kontrol manusia. Perbedaan kecenderungan ini pun
sudah terlihat dari perbedaan aktivitas pada sistem syaraf antara orang-orang extravert dan introvert.
Menurut
Marti Olsen Laney, Psy.D -seorang peneliti neuroscience
dan psikoanalis asal Amerika Serikat yang juga merupakan pelopor dalam
memberikan landasan biologis untuk introversion-
introversion merupakan kondisi
biologis. Ia mengemukakan pendapatnya berdasarkan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa cara kerja otak dan jalur syaraf yang digunkan oleh orang-orang
introvert berbeda dengan orang-orang extravert.
Bila
orang-orang extravert lebih banyak
menggunakan ingatan jangka pendek dan bagian otak yang berhubungan dengan rangsangan
indrawi, orang-orang introvert lebih
banyak menggunakan ingatan jangka panjang dan bagian-bagian otak yang
berhubungan dengan penyelesaian masalah, perencanaan, serta perasaan dan
pikiran. Keduanya membutuhkan neurotransmiter yang berbeda pula. Orang-orang extravert bergantung pada dopamin, yang
identik dengan kesiagaan, perhatian, gerakan, dan pembelajaran. Orang-orang extravert membutuhkan banyak dopamin
untuk merasa senang; bersikap aktif dan menerima rangsangan meningkatkan
produksi dopamin, sehingga orang-orang extravert
menyukai kesibukan.
Di
lain sisi, orang-orang introvert bergantung
pada asetilkolin, yang mempengaruhi ingatan jangka panjang dan kemampuan untuk
merasa tenang serta siaga. Asetilkolin menimbulkan perasaan senang saat
seseorang berpikir dan merasa, yang membuat orang-orang introvert menyukai berpikir dan merenung. Ia juga mengungkapkan
bahwa perbedaan biologis ini berpengaruh terhadap kecenderungan orang-orang introvert untuk lebih sensitif terhadap
berbagai jenis stimulus, seperti suhu udara, bau, suara, stimulasi visual dan
tingkat gula dalam darah.
Bukti-bukti
ilmiah ini menunjukkan bahwa introversion
tidak seharusnya dipandang sebagai sebuah kekurangan dan penyakit yang perlu
disembuhkan, namun sebagai perbedaan yang sewajarnya diterima.
Menghadapi Anak-Anak Introvert
Lalu
apa yang dapat kita lakukan agar anak-anak introvert
di sekitar kita dapat menemukan jati diri mereka, memaksimalkan potensi yang
mereka miliki dan bertahan di tengah masyarakat yang hingga saat ini masih cenderung
memihak kepada orang-orang yang extravert?
Mari kita simak beberapa tips berikut ini:
1.
Terimalah mereka apa adanya
Anak-anak
introvert sudah mendapatkan tekanan
cukup berat dari lingkungan yang cenderung didominasi oleh dan berpihak pada orang-orang
extravert. Sangat penting bagi anak
untuk merasa diterima dan bahwa tidak ada yang salah dengan dirinya, sehingga
ia bisa mengembangkan rasa percaya diri dan konsep diri yang positif.
Menerima
mereka apa adanya juga berarti tidak memaksa anak untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan kecenderungan alaminya. Bila anak hanya suka bermain dengan
satu atau dua orang teman baik saja, jangan paksa dia untuk bermain bersama
banyak anak lain di saat yang bersamaan. Bila anak lebih senang menghabiskan
waktu untuk membaca buku atau bermain sendirian, jangan paksa dia untuk keluar
rumah atau bermain bersama anak-anak lain.
Dalam
mendisiplinkan anak, penting untuk mengingat bahwa anak-anak introvert lebih sensitif dibandingkan
dengan anak-anak extravert, oleh
karena itu dibutuhkan pendekatan yang berbeda pula dalam mendidik mereka.
2.
Kenali minat dan potensi anak
Setiap
anak adalah unik dan memiliki kelebihan dan potensi masing-masing.
Mengembangkan minat merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan kepuasan
dan mengembangkan rasa percaya diri pada anak. Amatilah minat dan potensi anak,
dan bimbinglah mereka untuk mengembangkan kelebihan dan potensi yang mereka
miliki.
Jangan
lupakan juga bahwa setiap anak mungkin memiliki minat yang berbeda, ada yang
senang bermain sepakbola, bola basket, namun jangan abaikan juga mereka yang
menaruh minat terhadap serangga, binatang, alam, ilmu pengetahuan, komputer, bisa jadi mereka adalah calon-calon dokter,
ilmuwan, dan programmer.
3.
Hadapi situasi baru secara bertahap
Bila
anak tampak ragu menghadapi situasi atau orang-orang baru, ajak mereka untuk
menghadapinya secara perlahan dan bertahap. Hargailah usaha mereka dan berikan mereka
kesempatan untuk menghadapi situasi tersebut sesuai dengan keinginan mereka.
Anak-anak introvert lebih suka
mengamati keadaan terlebih dahulu sebelum memasuki tempat atau situasi yang
baru.
4.
Hindari memberi cap pada anak
Memanggil
anak dengan sebutan “pendiam”, “pemalu” dan “penyendiri” adalah salah satu
bentuk kekerasan verbal, yang dapat menyakiti perasaan dan meracuni pikiran
anak, bahwa ia sesuai dengan sebutan-sebutan itu. Anak-anak yang dipanggil
dengan label-label semacam itu dapat merasa tidak diterima dan merasa bahwa ada
yang salah dengan diri mereka. Hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah dalam
perkembangan psikologis seseorang, dan dapat terus berdampak hingga ia dewasa.
Bila mendengar orang lain memanggil anak dengan sebutan seperti “pemalu” di
depan anak tersebut, cobalah untuk memperhalus dengan mengatakan “Bobi sangat
baik dalam mengamati dan menilai keadaan”. Hal ini akan mencegah anak berpandangan
negatif mengenai dirinya.
5.
Ajari anak menjadi lebih tegas
Anak
introvert cenderung kesulitan
bersikap tegas, sebuah kualitas yang dimiliki oleh anak-anak extravert. Ajari dia untuk bersikap
tegas ketika dia mendapatkan perlakuan tidak adil dari orang lain, seperti bila
seseorang merebut mainannya. Beritahu dia bahwa Anda mengerti perasaannya, dan
ajari dia untuk berkata “Jangan!” atau “Hentikan!”.
6.
Hadir lebih awal di tempat baru dan acara-acara yang didatangi banyak orang
Saat
akan menghadiri tempat atau acara yang didatangi orang banyak, seperti sekolah,
pesta ulang tahun, dan acara keluarga, ajak anak untuk datang sebelum
orang-orang lain berdatangan. Ini akan memberi kesempatan pada anak untuk
menyesuaikan diri dan membuatnya merasa “memiliki” tempat tersebut. Bagi anak introvert, hal ini akan jauh lebih mudah
untuk dihadapi dibandingkan memasuki sebuah pesta yang sudah dipadati banyak
orang.
7.
Ajari anak melalui contoh
Mengajarkan
perilaku pada anak akan jauh lebih mudah dengan memberi contoh. Biarlah dia
melihat bagaimana Anda berinteraksi dengan orang lain. Saat Anda mengucapkan
terima kasih kepada seseorang, ia belajar untuk membangun komunikasi ringan
dengan orang lain, saat Anda meminta anak untuk memberi uang pada kasir di
supermarket, Anda mengajarkannya untuk berinteraksi dengan orang baru dengan
Anda di sisinya.
8.
Berikan mereka waktu lebih untuk berpikir
Anak-anak
introvert membutuhkan waktu lebih
lama untuk merespon sesuatu, baik itu pertanyaan atau permintaan dari orang
lain, maka dari itu berilah mereka waktu untuk berpikir. Ini karena mereka
perlu lebih dulu memproses semuanya dalam pikiran mereka. Ini juga membuat
mereka membutuhkan persiapan yang lebih dibandingkan orang-orang lain untuk
melakukan segala sesuatu.
Di
sekolah, anak introvert dapat tampak
sebagai anak yang pasif dan tidak banyak berpartisipasi di kelas. Hal ini karena
mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses pelajaran dan pertanyaan
yang diberikan oleh guru. Di institusi pendidikan yang menekankan pada
partisipasi aktif semacam ini, anak-anak introvert membutuhkan usaha yang lebih
keras untuk menyesuaikan diri dan mengeluarkan potensinya. Keadaannya akan
berbeda bila ia diminta untuk membuat makalah atau mengerjakan tugas secara
tertulis, dimana ia bisa menuangkan pikirannya tanpa diburu oleh waktu dan
tanpa harus bersaing dengan orang lain untuk menunggu giliran bicara.
9.
Berikan teguran secara pribadi
Bila
hendak menegur anak untuk sebuah kesalahan yang ia lakukan, pastikan tidak ada
orang lain di sekitar Anda. Anak-anak introvert
lebih sensitif sehingga teguran yang diberikan di hadapan orang lain akan
membuat mereka merasa dipermalukan dan dapat merusak kepercayaan diri mereka.
Tindakan-tindakan seperti menyindir anak di hadapan orang lain, juga dapat
memiki pengaruh buruh terhadap anak-anak introvert.
10.
Hargai kebutuhan anak untuk menghabiskan waktu sendiri
Meskipun
nampaknya tidak lazim ketika seorang anak lebih suka menghabiskan waktu sendirian
dibanding bersama orang-orang lain, anak-anak introvert cenderung membutuhkan waktu sendirian lebih lama. Mereka juga
tidak dapat berlama-lama menghabiskan waktu di tengah banyak orang, karena hal
ini akan membuat mereka merasa kelelahan.
Hentikan Diskriminasi!
Berdasarkan
penjelasan di atas, terlihat bahwa anak-anak introvert membutuhkan perhatian yang lebih dan khusus dibandingkan
dengan anak-anak yang extravert. Hal
ini tidak mengejutkan mengingat selama ini masyarakat cenderung didominasi oleh
orang-orang dan budaya yang memihak pada extraversion,
sehingga kebanyakan orang berpikir bahwa semua orang memiliki kecenderungan
yang sama dan seharusnya menunjukkan perilaku yang sama juga. Akibatnya,
orang-orang introvert yang menjadi
minoritas kerap disalahpahami sebagai orang-orang yang mengidap kelainan,
karena berbeda dengan kebanyakan orang lainnya.
Padahal,
introversion dan extraversion adalah dua hal yang berbeda dan tidak dapat
dibandingkan. Mengatakan extraversion
lebih baik daripada introversion sama
saja dengan mengatakan bahwa laki-laki lebih baik daripada perempuan; keduanya merupakan
hal yang berbeda dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda pula.
Bila
diskriminasi jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan telah berhasil kita hapuskan,
maka kini saatnya menghapus diskriminasi antara anak-anak introvert dan extravert,
setidaknya dalam lingkup kecil dahulu, mulai dari anak-anak di sekitar kita. Hingga
suatu saat nanti institusi-institusi pendidikan pun dapat mengembangkan metode
pendidikan yang tidak menyeragamkan pembelajaran bagi semua anak dengan tolak
ukur dan penilaian yang sama, namun juga mempertimbangkan perbedaan-perbedaan
individual dan menggali serta mengembangkan minat, bakat, dan kelebihan yang
dimiliki tiap-tiap anak dengan cara yang sejalan dengan karakteristik dan kepribadian
mereka.
Zaldi Hamdani
Sumber Pustaka
Extraverted or
Introverted Preference
Extraversion or
Introversion
Ten Tips for Parenting Your Introverted Child
Raising an Introvert In an Extrovert World
10 Myths About Introverts
Sumber Gambar
http://www.socialnatural.com/wp-content/uploads/2012/01/Introversion-Extroversion-Social-Natural.jpg
http://www.socialmediamom.com/wp-content/uploads/2011/03/little-boy-reading.jpg
http://www.hvmag.com/Blogs/Mama-Greenest/May-2012/Differing-Personalities-Understanding-Your-Spirited-High-Needs-Kid/5.8.12.boyyelling.jpg
http://img4-3.realsimple.timeinc.net/images/1114/child-hood-2_300.jpg
http://img4-2.realsimple.timeinc.net/images/1114/child-hood-1_300.jpg
http://timesofindia.indiatimes.com/photo/6180528.cms
http://www.wired.com/geekmom/wp-content/uploads/2011/04/iStock_000013588045XSmall.jpg
http://backyardskeptics.com/wordpress/wp-content/uploads/2011/09/Discrimination.jpg
Nice info gan. ngomong nognong ane termasuk orang introvert ternyata.hehe
ReplyDeleteThanks artikelnya membuat saya yakin
ReplyDeletebahwa saya normal
Izin share gan..
ReplyDeletegwe jg intovert , kadang di bully walaupun scara verbal bkan fisik
ReplyDeletenice info.
ReplyDeletethank you.
thank you :)
ReplyDeleteNice post :) sangat menginspirasi. Terima kasih.
ReplyDeleteAlhamdulillah, lewat artikel ini sy smakin mengenali diri, n bahwa tidak ada yg salah pd diriku. Normal dan alaminya aku, tdk perlu berusaha mjd orang lain atau yg diinginkan orang lain
ReplyDeleteAlhamdulillah, lewat artikel ini sy smakin mengenali diri, n bahwa tidak ada yg salah pd diriku. Normal dan alaminya aku, tdk perlu berusaha mjd orang lain atau yg diinginkan orang lain
ReplyDelete